Ngaliwet, demikian
istilah yang lazim digunakan oleh masyarakat sunda yang akan mengadakan makan
bersama dengan menu spesial di akhir pekan. Ngaliwet bukan hanya sekedar makan
bersama melainkan, ada ritual masak bersama pula. Mulai dari patungan biaya
membeli bahan makanan atau menyumbangkan jenis bahan makanan mentah untuk
dimasak. Ngaliwet menjadi tradisi orang sunda yang telah lama ada. Tradisi ngaliwet ini sadar atau tidak
merupakan budaya bergotong royong, mengerjakan nya tentu butuh anggota lainnya
agar lebih mudah juga lebih cepat.
Ngaliwet menjadi acara special karena, disajikan dengan cara yang berbeda dari
memasak nasi biasa. Ngaliwet membutuhkan sebuah kastrol untuk memasak.
Bentuknya bulat lonjong. Biasanya sering digunakan sebagai peralatan camping.
Sebelum memasak nasi, terlebih dahulu diawali menggoreng irisan beberapa siung
bawang merah lalu memasukkan air dengan ukuran perbandingan beras. Bumbu
tambahannya biasa digunakan beberapa daun salam, sereh, dan garam. Untuk
lauknya bisa apa saja sesuai selera . misalnya terdapat ikan bakar atau ayam
bakar, ikan asin, lalapan , sambal, tempe, tahu. Dan semuanya disimpan di atas
nasi.
Setelah nasi matang, maka, akan disiapkan beberapa lembar daun pisang sebagi
pengganti piring untuk alas makan. Ya inilah tradisi orang sunda makan dengan ‘
alas ‘ daun pisang yang biasa disebut pincuk. Namun pincuk ukurannya biasanya
lebih kecil. Untuk liwet ini biasanya pada lahan kosong kita ‘ menggelar ‘
panjang daun pisang kemudia duduk berhadapan dan makan bersama-sama.
Lestarikanlah tradisi
budaya kita agar tidak luntur atau hilang oleh jaman J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar